Jumat, 05 Oktober 2012

Indeks Kelaparan Global


Negara Kita masih rawan kelaparan ? 

Membandingkan kemajuan negara kita dibandingkan dengan negara lain atau 
negara tetangga mungkin perlu dilakukan sebagai cermin dalam mengukur 
capaian kemajuan pembangunan. Salah satu bidang yangdapat dijadikan 
tolak ukur dari sekian banyak sudut pandang adalah Indeks Kelaparan Global.  Hal ini menjadi pilihan saya karena menurut saya (yang mungkin berbeda 
dengan pendapat anda) masih banyak (relatif) kasus kelaparan di negara 
kita baik yang kita lihat sendiri maupun ditayangkan melalui  televisi, 
maupun media massa lainnya. Dipadang dalam perspektif statistik tentu 
ada angka entah berapa persen, tetapi bagi keluarga yang mengalami bisa 
jadi itu artinya "laksana ayam mati dilumbung padi".  Dia melihat banyak  makanan disekitarnya tapi itu bukan miliknya, tidak terjangkau, bahkan 
raskin pun  harus ditebus dengan Rp. 1.000,- per kilogram..

Indeks Kelaparan Global (Global Hunger Index = GHI) adalah alat 
statistik yang multidimensi yang  digunakan untuk menggambarkan 
keadaan situasi kelaparan pada suatu negara. GHI mengukur kemajuan  dan kegagalan dalam perang global melawan kelaparan. GHI diperbarui 
setahun sekali.
Indeks ini diadopsi dan dikembangkan lebih lanjut oleh International Food 
Policy Research Institute (IFPRI). GHI tahun  2011dihitung untuk 122 negara 
berkembang dan negara dalam transisi , 81 diantaranya  peringkat aman.
Setiap tahun, laporan GHI berfokus pada topik utama: pada tahun 2010 Indeks 
menyoroti  kekurangan gizi anak usia dini antara anak-anak muda. 
GHI 2011 berfokus pada peningkatan  harga pangan yang lebih tidak stabil 
dari tahun-tahun terakhir dan dampak perubahan ini terhadap kelaparan  dan kekurangan gizi. Laporan ini menyimpulkan bahwa kenaikan harga dan 
volatilitas harga mengurangi  pengeluaran rumah tangga miskin pada berbagai 
barang dan jasa penting dan mengurangi kalori yang  mereka konsumsi. Gizi
masyarakat miskin juga dipengaruhi oleh pilihan mereka untuk beralih ke yang  lebih murah, berkualitas rendah, dan kurang mikronutrien.

Untuk mencerminkan sifat multidimensi kelaparan, GHI menggabungkan 
tiga indikator berbobot sama  dalam satu nomor indeks:
  1. Gizi: proporsi gizi sebagai persentase dari populasi (mencerminkan pangsa penduduk dengan  asupan kalori cukup); 
  2. Anak kurus: proporsi anak-anak muda dari usia lima tahun yang berat badannya (berat badan  rendah untuk usia mencerminkan wasting, pertumbuhan terhambat, atau keduanya), yang merupakan  salah satu indikator gizi anak, dan 
  3. Kematian anak: angka kematian anak-anak muda dari usia lima tahun (sebagian mencerminkan  sinergi fatal asupan makanan tidak memadai dan lingkungan yang tidak sehat).

Indeks GHI peringkat negara pada skala 100-poin. Nol adalah skor yang terbaik 
(kelaparan tidak ada),  dan 100 adalah yang terburuk, walau ini tidak tercapai dalam praktek.

Grafik GHI untuk wilayah Asia Selatan, Timur dan Tenggara 
dari tahun 1990 s/d 2011 di atas  menunjukkan bahwa 
bahwa Negara Kita meskipun masih dalam kategori "rawan", 
tetapi sudah ada  kemajuan dari periode sebelumnya. 
Cuma kita kalah cepat dari Philipina dan Vietnam. 

Semangka Kuning di Luwu

Masyarakat sudah lama mengenal semangka merah, ternyata ada juga semangka kuning. Warna kulitnya kuning dan warna dagingnya dari kuning puca...