Pernahkah anda menghitung berapa keluraga pra sejahtera di Luwu ?
Pernahkah anda menghitung berapa jumlah bantuan pemerintah kepada masyarakat untuk tujuan pengentasan kemiskinan ? Banyak, bukan ?
Seandainya semua bantuan tersebut diperuntukkan untuk keluarga miskin, tentu sudah tak ada lagi keluarga miskin di Luwu.
Pengentasan kemiskinan adalah poin pertama dari "Millenium Development Goals" yang sering dikampanyekan, diseminarkan, diwacanakan, tetapi kurang diterapkan.
Penyebab suatu keluarga masuk dalam kategori prasejahtera bermacam-macam, yang dapat digolongkan sebagai berikut:
- Kurangnya keterampilan dalam melakukan usaha. Kurangnya keterampilan dalam berusaha menyebabkan usaha yang dikelola tidak dapat memberikan keuntungan atau tidak dapat bersaing, sehingga menyebabkan usaha tidak memberikan keuntungan. Contohnya seorang tukang batu (pekerja bangunan) yang kurang terampil menyebabkan hasil yang kurang memuaskan pelanggan sehingga tidak atau kurang mendapat order. Solusi terbaik untuk masalah ini adalah dengan melakukan pelatihan.
- Kurangnya modal. Yang dimaksud kurang modal bila keuntungan yang diperoleh dari usaha yang dilakukan hanya cukup untuk kebutuhan pokok rumah tangga (sandang & pangan ). Untuk melaksanakan usahanya keluarga prasejahtera tersebut harus meminjam kepada rentenir, koperasi (dimana dia sendiri bukan anggota). Solusi untuk kasus ini adalah adanya bantuan atau pinjaman tanpa bunga dari pemerintah. Tetapi sebagian yang setiap tahun selalu mengharap adanya bantuan pemerintah sebagai suntikan dana segar dalam kelompok ini, sehingga keluarga prasejahtera tersebut menjadi keluarga yang tidak mandiri dan suka mencari batuan, baik dari pemerintah atau pun lainnya. Hal tersebut ada hubungannya dengan poin ke-3 dibawah.
- 3. Lemahnya pengelolaan keuangan keluarga. Hal ini berkaitan dengan ibu-ibu sebagai pemegang kas keluarga. Pengelolaan keuangan pada keluarga prasejahtera sebenarnya lebih sulit dari keluarga yang mapan, sementara ibu-ibu pengelolanya banyak yang memiliki SDM yang pas-pasan. Penghasilan yang diperoleh dari usaha keluarga harus dikelola sedemikian rupa sehingga modal untuk operasional dan pengembangan usaha tidak terkuras untuk kebutuhan sandang-pangan. Makin sedikit penghasilan makin cermat dalam pengelolaan. Namun ibu-ibu biasanya tak tahan, apapun ingin dibeli bahkan tidak dapat membedakan antara keinginan dan kebutuhan. Bukan hanya itu dalam hal kebutuhan harus disusun atas prioritas sehingga kebutuhan yang lebih pokok dapat diutamakan. Solusi masalah ini adalah dengan melakukan pelatihan kepada ibu-ibu dalam bidang pengelolaan keuangan rumah tangga. Dalam hal ini peran instansi pemberdayaan perempuan sangat dibutuhkan.
- Penyakit. Setiap kita mungkin pernah sakit. Ada sebagian orang yang terpengaruh penghasilannya seandainya dia sakit. Namun ada sebagian yang tidak produktif selama dia sakit. Umumnya keluarga prasejahtera yang bergerak dalam usaha skala rumah tangga sangat terpengaruh jika salah satu anggota keluarganya sakit. Solusi dalam hal penyakit telah diupayakan oleh pemerintah melalui beberapa program, tetapi dalam pemenuhan kebutuhan sehari-hari selama kepala keluarga sakit, mungkin menjadi kewajiban bagi pengelola Zakat (BAZIS). Hal yang dianggap serupa dengan orang sakit adalah mereka yang ditahan dan yang masuk dalam lembaga pemasyarakatan.
- Usia. Rumah tangga yang hanya dihuni oleh lansia saja dan tidak mempunyai tunjangan pensiun dan tidak atau kurang mendapat tunjangan dari keluarga / familinya digolongkan sebagai keluarga prasejahtera yang tidak dapat lagi atau sulit ditingkatkan kesejahteraannya, karena faktor kemampuan fisik dan kesehatan yang sudah tidak mendukung. Kelompok ini sudah ditangani dan masuk dalam skala prioritas yang mendapat bantuan raskin dari pemerintah.
Setiap keluarga berbeda (unik) dari keluarga yang lain. Sehingga dalam pengentasan kemiskinan harus langsung pada keluarga tersebut kemudian dianalisa apa yang menjadi penyebab suatu keluarga dikategorikan prasejahtera kemudian dicari solusi pemecahannya. Seperti pepatah mengatakan "tahu penyakit, barulah tahu obatnya".