Rabu, 28 Desember 2011

Tanaman Penghijauan

page021

Pupuk Organik (1)

Foto0319x240Pupuk organik dibutuhkan untuk memperbaiki sifat fisik tanah terutama struktur tanah sehingga tanah menjadi lebih baik untuk pertumbuhan tanaman. Aplikasi pupuk organik dilakukan sesaat sebelum pengolahan tanah awal. Dengan demikian diharapkan pupuk organik tersebut tercampur dengan tanah sehingga tanah menjadi remah menjadi lebih baik dalam hal aerasi dan drainase tanah, serta perbiakan dalam biologi tanah. Disamping itu pupuk organik mengandung unsur hara mikro dan sangat sedikit unsur hara makro. Unsur hara makro pada pupuk organik sangat sedikit bahkan sehingga tidak mampu untuk memenuhi pertumbuhan tanaman secara intensif. Kebutuhan pupuk organik pada lahan sekurang-kurangnya 2 ton/ha. Untuk mempermudah kita taburkan pupuk organik 5 cm s/d 10 cm di atas permukaan tanah kemudian diolah.

Lahan yang membutuhkan pupuk organik utamanya pada pertanaman dengan panen 100% bagian tanaman (dicabut sampai ke akarnya) seperti bayam, kangkung, singkong, ubi jalar dan lain-lain. Lahan yang juga sangat membutuhkan pupuk organik adalah lahan yang sawah cetak baru. Sedangkan lahan yang dipanen hanya membawa sebagian kecil massa tanaman tidak terlalu memerlukan pupuk organik seperti sawah, lahan rumput ternak.

Pupuk Organik Cair, Bagaimana ?

Dalam pandangan saya POC itu adalah harga yang mahal yang dibayar oleh petani. Yang jelas POC tidak memperbaiki struktur tanah, lebih banyak kandungan airnya dari pada hara. Sekali lagi kami ingatkan untuk tidak mengandalkan pupuk organik yang ditambahkan  ke lahan sebagai sumber hara makro. Fungsi Pupuk Organik utamanya pada dua hal yaitu perbaikan fisik tanah dan perbaikan biota tanah.

Senin, 12 Desember 2011

Bertanam Mangga di Pekarangan

Menanam di pekarangan rumah memerlukan kiat tersendiri. Terutama dalam mengelola luas lahan yang terbatas tersebut. Untuk tanaman mangga seperti mangga arum manis perlu disediakan lahan sedikitnya 2 m x 2 m.

Syarat tumbuh lain adalah ketinggian lokasi sampai dengan 500 m dari permukaan lain, drainase lancar. Selebihnya dapat ditanyakan pada penyuluh setempat.

Bibit yang ditanam sebaiknya dari hasil okulasi, cangkok, atau sambung pucuk.

Lubang tanam dibuat dengan ukuran 60 cm x 60 cm x60 cm, kemudian bibit ditanam dan ditimbun dengan tanah dicampur dengan pupuk organik. Tekan tanah di sekitar batang dan pasang kayu penyangga tanaman.

Tunggu dua tahun mudah-mudahan mangganya berbuah. Untuk mangga arum manis dapat dibedakan berdasarkan ukuran. ukuran besar > 400 gr, medium 350-399 gr, kecil 300-349 gr dan sangat kecil 250-299 gr.

Minggu, 04 Desember 2011

Sagu : Antara Budaya dan Ketahanan Pangan

Sagu adalah bahan utama pangan bagi masyarakat Luwu sejak zaman kerajaan (mungkin prasejarah) hingga tahun 1960-an. Kemudian berubah menjadi makanan bagi kaum papa dan beras menjadi makanan bagi kaum berada di Luwu. Kemudian pada saat sekarang ketika pertanaman sagu mulai berkurang, sagu hanya dikonsumsi sekali-sekali. Khusus bagi penderita diabetes, bisa ini jadi makanan utama karena karbohidratnya lambat dicerna.

Sagu tumbuh dan berkembang sebagai bagian dari budaya masyarakat Luwu dan memiliki ciri khas yang berbeda dengan daerah lain di Indonesia.

Perbedaan yang paling menonjol adalah di daerah ini telah ditemukan (sejak zaman dahulu) sudah ada hasil olahan semacan roti dari sagu yang namanya “dange”. Alat untuk membuat dange yang namanya “dangeang”.

Yang seperti ini sebaiknya didaftarkan sebagai kekayaan budaya Luwu agar tidak diklaim oleh daerah lain.

Senin, 14 November 2011

KOMODITAS STRATEGIS

Fokus komoditas stategis / unggulan yang dikembangkan secara nasional mencakup 32 jenis yaitu:

  1. Tanaman Pangan: padi, kedele, jagung, ubi kayu dan kacang tanah;
  2. Tanaman Hortikultura : kentang, cabe merah, bawang merah, mangga, manggis, pisang, anggrek, durian, rimpang dan jeruk,
  3. Tanaman Perkebunan : kelapa sawit, karet, kelapa, kakao, kopi, lada, jambu mete, tanaman serat, tebu, tembakau dan cengkeh;
  4. Peternakan : sapi potong, kambing, domba, babi, ayam buras dan itik.

Namun demikian diberikan keleluasaan bagi daerah untuk mengembangkan komoditas spesifik lokasi (seperti komoditas pala, gambir, sagu, kerbau dan lainnya) dengan syarat adanya analisis dan justifikasi yang kuat dari daerah terhadap komoditas spesifik lokasi dimaksud sehingga benar-benar layak untuk dikembangkan.

Komoditas Strategis Pengolahan dan Pemasaran Hasil Pertanian ditetapkan 12 komoditi yaitu : padi/beras, beras ketan, ubi kayu, jagung, kelapa, kakao, jarak pagar, jeruk, manggis, bawang merah, temu lawak, sapi.

Sumber: Ditjen P2HP Kementerian Pertanian

Kamis, 10 November 2011

Kebutuhan Benih Sayuran Dataran Rendah

No.
Jenis Tanaman
Klp Varietas
Cara Tanam
Benih/ha
1.
Cabe Besar
Lokal
Semai
300 gr


Hibrida
Semai
150 gr
2.
Cabe Rawit
Lokal
Semai
200 gr


Hibrida
Semai
150 gr

Sabtu, 08 Oktober 2011

Petani Nakal

Petani Nakal. Mungkin istilah ini sangat baru. Tetapi ini adalah hanya pandangan saya mengenai sebagian petani dengan perilaku sebagai berikut:
  1. Petani nakal itu adalah petani yang tidak memanfaatkan bantuan negara kepadanya. Yang dicari atau diharapkan dari bantuan itu adalah uang tunai. Bantuan yang lain seperti benih, dan pupuk tidak digunakan bahkan dibiarkan terlantar, sementara uang tunai tersebut dipergunakan untuk keperluan yang tidak sesuai dengan anjuran. Petani ini sadar betul akan kesalahan yang dilakukan, tetapi juga faham bahwa pemerintah tidak akan menuntutnya kepengadilan karena kesalahannya tersebut.

Kamis, 06 Oktober 2011

Potret Petani di Luwu

Jika kita membandingkan Kelompok Tani era sekarang ini dengan era BIMAS dulu maka jelas terlihat beberapa perbedaan sebagai berikut :
Kehidupan sekarang ini makin menyudutkan petani untuk melakukan diversifikasi usaha, akibat perubahan iklim yang belum dapat diprediksi, hama, kekurangan air dan lain-lain. Sebagian petani memilih menjadi Tukang Ojek dan mengunjungi lahannya cukup sekali seminggu atau dua kali seminggu. Apalagi didukung dengan kemudahan kredit motor yang bisa dicicil enam bulanan. Sebagian kecil menjadi buruh bangunan dan lain-lain.
Kepemilikan lahan semakin sempit bahkan ada yang penguasaannya bergilir setiap tahun terutama pada wilayah selatan Luwu. Sempitnya lahan sehingga tidak efisien jika dibagi dengan ahli waris lainnya membuat sebagian petani bekerja musiman (Shift). Tahun ini mengolah sawah, tahun depan tidak lagi karena sawah tersebut dikelola oleh sepupunya atau keluarga lainnya.

Senin, 08 Agustus 2011

Pengentasan Kemiskinan

Pengentasan kemiskinan adalah unsur utama dari “MDGs” (Milenium Development Goals). Target pemerintah dalam mengurangi kemiskinan yang ditetapkan dalam Rakor Dewan Ketahanan Pangan adalah sebesar 10% tiap tahun. Tetapi pada tingkat bawah ( Level Kabupaten ) kadang tidak ditemukan rumusan khusus dalam pengentasan kemiskinan, padahal dalam era otonomi daerah Kabupaten / Kota lah yang menjadi penentu / ujung tombak dari kebijakan pemerintah ini.
Menurut saya, teknik pengentasan kemiskinan diawali dengan inventarisasi keluarga miskin. Pada tahap ini dihasilkan daftar keluarga miskin.

Selasa, 19 Juli 2011

Pertanian Berkelanjutan

 Pertanian berkelanjutan “menurut saya adalah cara yang produktif, efektif dan efisien (menguntungkan) untuk menghasilkan produk pertanian yang aman, sementara pada saat yang sama melindungi dan memperbaiki lingkungan alam dan kondisi ekonomi / sosial masyarakat setempat." Produktif artinya kegiatan tersebut menghasilkan sesuatu, bukan hanya teori di atas kertas. Efektif dalam arti mempunyai dampak positif yang dapat diikuti oleh masyarakat sekitar dan semakin meluas. Efisien arinya menguntungkan karena pada kegiatan tersebut hasil produksi lebih besar dari biaya yang dikeluarkan dalam hal ini dihitung secara berdasarkan waktu yang ditentukan, sehingga masyarakat tertarik untuk melakukannya.
Pertanian berkelanjutan adalah sistem yang dikembangkan dari ilmu pertanian dari praktek pertanian yang selama ini ada di masyarakat dengan empat pilar utama yaitu:

Jumat, 08 Juli 2011

Krisis Pangan masih mengancam

 

image

JAKARTA - Himpunan Pengusaha Muda Indonesia (Hipmi) memperkirakan krisis  pangan akan terus mengancam Indonesia. Pasalnya, berbagai sektor tidak mendukung industri pertanian. Contohnya, sektor perbankan yang belum bersahabat dengan pertanian.

"Sekarang, kalau kita ke bank sebagai pengusaha yang bergerak dibidang pertanian selalu ditolak,” ujar Ketua Bidang Pertanian dan Agribisnis BPP Hipmi, Yulizar Azhar, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Jumat (8/7/2011).Baca selengkapnya . . .

Kamis, 07 Juli 2011

Pengawasan Pupuk dan Pestisida

Mengapa pupuk dan pestisida perlu diawasi ?
Sekurang-kurangnya karena 2 hal yaitu pada pupuk ada subsidi pemerintah dan pada pestisida ada bahaya yang dapat timbul akibat peredaran, penyimpanan dan penggunaan.

Dalam Pengawasan Pupuk dan Pestisida dibentuk wadah yang menghimpun seluruh stakeholder yang terlibat. Wadah tersebut dinamakan “Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida”.
Komposisi keanggotaan Komisi Pengawasan Pupuk dan Pestisida dapat terdiri dari beberapa instansi seperti yang membidangi Pertanian, Peternakan, Perikanan, Perkebunan, Kehutanan, Perdagangan,Tenaga Kerja, Kesehatan, Inspektorat, Kepolisian dan Kejaksaan. Anggota komisi terdiri dari pejabat eselon-2 dan eselon-3. 

Kamis, 30 Juni 2011

Pengembangan Cabe di Larompong

Kelompok Tani Cabe Dewata Desa Riwang Kecamatan Larompong  dengan fasilitator Bachtiar, SP dengan luas lahan 12 ha dan anggota 19 orang.
Kegiatan dimulai tahun 2009 dengan demplot "35 are" kemudian berkembang karena masyarakat sekitar melihat manfaat dari bertanam cabe.  Kelompok ini sempat menikmati harga cabe Rp. 30.000 / kg. Dengan harga tersebut dapat menyerap tenaga panen dengan biaya panen Rp. 2.000 /kg.
Kondisi pertanaman saat ini mulai berbunga. Bagi yang berminat untuk membeli cabe dapat menghubungi Mas Bachtiar, SP di BPP Larompong Kabupaten Luwu.

Selasa, 21 Juni 2011

Pupuk Organik


Pupuk Organik ditambahkan pada tanah dengan tujuan utama adalah memperbaiki struktur permukaan lahan disamping itu tujuan lain adalah sebagai sumber hara mikro, perbaikan biologi tanah. Dilapangan ada 4 jenis pupuk organik yaitu : pupuk kompos, pupuk kandang, pupuk organik granul dan pupuk organik cair. Dalam padangan saya yang bermanfaat secara penuh yaitu pupuk kandang dan pupuk kompos biasa. 

Sedangkan pupuk organik cair tidak dijamin akan memperbaiki struktur tanah. Pupuk jenis  ini dipromosikan terlalu berlebihan oleh penjualnya. Sebagai pengguna mesti kritis dan jangan mudah percaya. Disamping itu kebeanyakan pupuk ini mahal harganya. Bertanyalah kepada aparat pertanian setempat tentang ujicoba pupuk tersebut disekitar anda.

Adapun pupuk organik granul adalah pupuk kompos / kandang ditambah bahan perekat sehingga menjadi pupuk organik granul. Tidak ada standar berapa persen bahan perekat yang digunakan. Oleh karena itu kita sebaiknya menguji kandungan bahan organiknya. Caranya ialah dengan mengambil 1,5 kg pupuk organik granul lalu dihaluskan dan kemudin timbang 1 kg atau 1/2 kg saja untuk diuji. Tempatkan diatas wadah alminium lalu siram dengan alkohol / spritus secukupnya kemudian bakar. Aduk kembali lalu sirami alkohol lagi kemudian dibakar. Dapat diulangi 3 - 4 kali. Selisih berat antara sebelum dibakar dan sesudah dibakar adalah kandungan bahan organik. Jika belum puas adalah uji laboratorium dengan menggunakan peroksida.


Selasa, 07 Juni 2011

10 Kiat Untuk Konservasi Tanah

 

Tanah merupakan salah satu sumber daya alam yang paling penting tetap sering kurang diperhatikan dibandingkan dengan konservasi air dan sumber daya alam lainnya. Oleh karena itu kita perlu untuk merancang dan menerapkan cara-cara konservasi tanah agar dapat dimanfaatkan secara lestari.
10 Cara untuk Menghemat Tanah
.
Konsep konservasi tanah dilaksanakan dengan menerapkan strategi untuk mencegah tanah dari semakin terkikis dan mencegah dari kehilangan kesuburannya karena adanya perubahan yang merugikan dalam komposisi kimianya. Berikut adalah beberapa cara untuk melestarikan tanah.

10 kiat untuk melestarikan Tanah
  1. Tanam Pohon: Kita semua tahu bahwa akar pohon kuat berpegang pada tanah. Seperti pohon tumbuh tinggi, mereka juga mempunyai perakaran lebih ke dalam tanah. Sebagian akar pohon menyebar jauh ke dalam lapisan tanah, mereka berkontribusi pada pencegahan erosi tanah. Tanah yang berada di bawah penutupan vegetatif hampir tidak terkikis karena hujan yang dapat menyebabkan pengikisanm karena terhalang oleh dedaunan baik yang masih di pohon ataupun yang sudah gugur.
  2. Pembuatan Teras: pembuatan teras (terasering) adalah salah satu metode yang sangat baik dari konservasi tanah. Teras adalah bagian diratakan dari daerah perbukitan yang ditanami. Karena struktur yang unik, ia mencegah aliran permukaan  air yang cepat. Terasering memberikan penampilan layaknya daratan sehingga memperlambat erosi tanah. Halangan kering adalah metode yang digunakan untuk membuat teras di mana susunan batu dibuat sebagai penghalang tanpa menggunakan semen untuk bahan pengikat.
  3. Olah Tanah Bijaksana: Proses pengolahan tanah bermanfaat dalam menggemburkan tanah sehingga sesuai untuk pertumbuhan tanaman, disamping itu juga untuk mencampur pupuk di dalam tanah, membuat bedengan dan mempersiapkan tempat pesemaian. Namun kegiatan pengolahan tanah dapat menyebabkan pemadatan tanah, kehilangan bahan organik di dalam tanah dan kematian organisme di dalam tanah. Oleh karena itu harus dapat diketahui cara pengolahan tanah yang tepat sesuai dengan kondisi lahan yakni dapat dengan olah tanah sempurna, olah tanah minimum atau tanpa olah tanah.
  4. Membajak  sesuai kontur: ini praktek pertanian di lereng memperhitungkan kemiringan dan elevasi tanah di lereng. Membuat bedengan harus disesuaikan dengan garis kontur lereng. Metode ini membantu dalam memperlambat limpasan air dan mencegah tanah dari hanyut di sepanjang lereng. Membuat bedengan atau membajak juga membantu dalam perkolasi air ke dalam tanah.
  5. Rotasi tanaman: Rotasi tanaman adalah metode pertumbuhan serangkaian tanaman berbeda di suatu daerah secara berurutan. Rotasi tanaman juga membantu dalam perbaikan struktur tanah dan kesuburan. Beberapa patogen cenderung untuk berkembang dalam tanah jika tanaman yang sama ditanam berurutan. Budidaya terus-menerus dengan tanaman yang sama juga menyebabkan ketidakseimbangan dalam kesuburan tanah. Untuk mencegah efek buruk tersebut, rotasi tanaman perlu diterapkan.
  6. PH tanah: PH tanah merupakan salah satu faktor penentu ketersediaan nutrisi dalam tanah. Penyerapan nutrisi dalam tanaman juga diatur sampai batas tertentu, oleh pH tanah. Kontaminasi tanah dengan penambahan polutan asam dan hujan asam memiliki efek buruk pada pH tanah. Tanaman yang ditaman pada lahan dengan PH yang tidak sesuaa akan merana dan bahkan mati.Oleh karena itu pemeliharaan nilai pH yang paling sesuai, penting untuk konservasi tanah.
  7. Air tanah: Kita menyiram tanaman air, Kita mengairi pertanaman, tapi apakah kita mengairi tanah? Jika jawabannya tidak, berarti sudah saatnya kita mengadopsi metode penyiraman tanah sebagai ukuran konservasi tanah. Penyiraman tanah bersama dengan tanaman adalah cara untuk mencegah erosi tanah yang disebabkan oleh angin.
  8. Manajemen Salinitas: Salinitas tanah yang disebabkan oleh akumulasi garam yang berlebihan, memiliki efek negatif terhadap metabolisme tanaman dalam tanah. Salinitas tanah yang merugikan kehidupan vegetatif dalam tanah. Kematian vegetasi terikat menyebabkan erosi tanah. Oleh karena itu, manajemen salinitas merupakan salah satu cara langsung untuk melestarikan tanah.
  9. Organisme Tanah: Organisme seperti cacing tanah harus lebih diperhatikan dalam pengelolaan lahan. Cacing tanah, memperbaiki aerasi tanah sekaligus meningkatkan ketersediaan macronutrients dalam tanah. Mereka juga meningkatkan porositas tanah. Organisme tanah membantu meningkatkan kesuburan dan merupakan unsur dalam konservasi tanah.
  10. Menanam Tanaman Asli: Penanaman tanaman asli diketahui bermanfaat untuk konservasi tanah. Tanaman asli pada suatu daerah lebih sesuai sehingga mudah tumbuh tanpa perawatan yang intensif yang selanjutnya akan mempercepat penutupan tanah.
Pustaka : http://www.buzzle.com

Rabu, 25 Mei 2011

Kriteria Wilayah Rawan Banjir dan Kekeringan

Salah satu pertimbangan dalam melaksanakan Pembangunan Pertanian dan Pembangunan Sarana dan Prasarana adalah kondisi wilayah tersebut. Khusus dalam bidang pertanian ada wilayah atau lokasi yang rawan banjir dan ada wilayah yang rawan kekeringan bahkan ada wilayah yang rawan banjir sekaligus rawan kekeringan.
Untuk menetapkan suatu wilayah rawan banjir atau rawan kekeringan disusunlah suatu kriteria yang disepakati bersama. Berikut ini saya berikan contoh kriteria yang biasa digunakan dalam menentukan daerah yang rawan banjir dan rawan kekeringan.
Kriteria Kerawanan Kekeringan

Pembagian Musim Di Luwu

Mengapa di Luwu lebih banyak hujan pada musim kemarau dibandingkan pada musim hujan ?

Di negara kita dalam hubungannya dengan klimatologi hanya dikenal dua musim yaitu musim hujan (MH) dan musim kemarau (MK). Musim hujan terjadi mulai bulan Oktober sampai Maret (Omar) dan musim kemarau dimulai bulan April sampai September (Asep).

Letak Geografis Luwu diujung Utara Teluk Bone, di sebelah Barat terdapat Pegunungan Latimojong, menyebabkan pada musim hujan awan yang terbawa oleh angin muson barat turun menjadi hujan di wilayah barat, sedang di daerah Luwu hanya dilalui awan sisa yang masih tinggi dan masih memerlukan pendinginan dan waktu untuk menjadi hujan.

Pada bulan Maret mulai bertiup angin dari tenggara sehingga angin dengan awan masuk melalui Teluk Bone. Pada saat itulah puncak hujan di Luwu dan makin ke Utara wilayah Luwu intensitas hujan makin tinggi. Puncak hujan di Luwu termasuk Luwu Utara dan Timur terjadi antara bulan April dan Juni.

Rabu, 11 Mei 2011

Peta Iklim Sulawesi Selatan & Barat

Berikut ini adalah Peta Iklim Sulawesi Selatan yang sekarang ini telah menjadi dua Provinsi yaitu Sulawesi Selatan dan Sulawesi Barat. Peta iklim ini berdasarkan pembagian iklim oleh Oldeman, yang banyak digunakan dalam perencanaan pembangunan pertanian.

Tata guna lahan yang direkomendasikan untuk berbagai tipe iklim sebagai berikut :

Seandainya gambar disamping terlalu kecil maka dapat diunduh disini.

Senin, 31 Januari 2011

Pangan Aman di Luwu

Jum'at, 28 Januari 2011; Menko Perekonomian Hatta Rajasa, Menteri Kehutanan Zulkifli Hasan, Gubernur Sulawesi Selatan Syahrul Yasin Limpo dan Bupati Luwu Andi Mudzakkar melakukan panen padi di Desa Towondu Kecamatan Suli Kabupaten Luwu. Pada saat sebagian daerah penghasil beras gagal panen karenacuaca ekstrim, justru di Luwu masih ada Panen. Pola pertanaman padi di Luwu sangat unik yaitu setiap bulan selalu ada yang mulai tanam dan ada yang panen artinya tidak ada pertanaman serempak. Tentu hal ini ada keburukannya dan juga ada kebaikannya.

Senin, 24 Januari 2011

Pengembangan Anggrek di Luwu




Kabupaten Luwu, adalah salah satu daerah yang cocok untuk pengembangan anggrek. Hal ini disebabkan karena kondisi iklim yang sifatnya lembab dan banyak hujan. Ciri utama daerah yang beriklim lembab dan banyak hujan adalah adanya lumut yang tumbuh di pohon-pohon terutama pada pohon di hutan. Sebagai contoh ialah adanya anggrek yang tumbuh secara alami pada hutan di Kabupaten Luwu.

Pengembangan anggrek di masyarakat dilakukan secara luas dan swadaya. Banyak ditemui tanaman anggrek berbagai jenis di pekarangan masyarakat yang ditanam dengan berbagai cara. Ada yang menanam dengan menempelkan pada pohon yang tumbuh di halaman, ada yang menggunakan pot, dan ada yang menggunakan media pakis. Walaupun ini belum bersifat komersial, tetapi keberadaan anggrek di pekarangan rumah masyarakat menunjukkan bahwa ada kecintaan masyarakat akan bunga anggrek yang merupakan salah satu komponen untuk memperindah halaman mereka.

Dinas Tanaman Pangan, Hortikultura dan Peternakan Kabupaten Luwu pada tahun 2006 telah membangun sangkar anggrek yang terletak disamping Kantor Dinas. Ada tiga fungsi dari sangkar anggrek ini adalah :
1. Sebagai tempat penangkaran anggrek terutama anggrek lokal.
2. Sebagai tempat percontohan penangkaran anggrek.
3. Untuk mendukung pameran anggrek baik skala regional maupun nasional, serta mendukung organisasi Perhimpunan Anggrek Indonesia (PAI) Kabupaten Luwu.

Baru-baru ini beberapa koleksi anggrek tersebut diikutkan dan Pekan Flora dan Flori Nasional II dari tanggal 15 - 22 Juli di Batam. Kegiatan ini diikuti bersama dengan Ketua PAI Kabupaten Luwu yang dalam hal ini dijabat oleh Ny. Andi Tenri Karta Mudzakkar.

Kedepan sangkar anggrek ini dikembangkan dengan memperbanyak koleksi anggrek terutama anggrek yang diperoleh dari alam Kabupaten Luwu. Oleh karena itu seandainya ada masyarakat yang mau berpartisipasi dan melestarikan anggrek di Luwu, dapat mengirimkan koleksi anggreknya untuk ditangkarkan disini. Tahu ini beberapa koleksi dari Petani Walenrang ditangkarkan dan sekaligus diikutkan pada PF2N.

Penataan Tata Ruang Luwu - Pendekatan Multi Sektor


Kabupaten Luwu sebagai salah satu daerah dengan karakteristik lahan yang beraneka ragam, mulai dari pegunungan hingga tepi pantai, ada yang curam hingga datar, serta didukung dengan curah hujan yang merata sepanjang tahun dengan puncak hujan yang jatuh pada Bulan Mei dan puncak kemarau pada Bulan Oktober. Keadaan iklim yang relatif berbeda dengan kebanyakan daerah di Indonesia khususnya di Sulawesi Selatan yang mempunyai puncak hujan pada bulan Januari dan puncak Kemarau pada Bulan Agustus.
Sebagai daerah agraris, Kabupaten Luwu memiliki kekurangan yang dapat mengancam kelangsungan potensi agraris yang dimiliki yaitu :
1.    Kabupaten Luwu tidak memiliki bendungan (dam) yang dapat menampung air sebagai cadangan pada musim kemarau. Bahkan kemungkinan untuk membuat bendungan (dam) sangat sulit mengingat kondisi geografis yang tidak mendukung seperti : jarak antara gunung sebagai sumber mata air dengan laut relatif dekat dan fisiografis wilayah makro yang bergelombang.
2.    Kerusakan hutan yang berfungsi sebagai regulator air semakin memperihatinkan. Fungsi hutan kurang diperhatikan masyarakat dan Pemerintah Daerah. Hutan sebagai sumber kayu didepan mata jelas adanya. Tetapi bila kayu tersebut ditebang dan diangkut keluar dari kawasan hutan maka ada dua hal yang dirusak yang pertama adalah bahwa telah terjadi kerusakan fungsi hidrologis dari hutan tersebut dan yang kedua bahwa kita telah membawa sejumlah unsur hara keluar kawasan hutan yang sedianya digunakan olah tanaman untuk tumbuh. Perlu diketahui bahwa kayu itu terdiri dari unsur hara dan air sehingga jika tanaman mati di hutan dan kayunya lapuk menjadi unsur hara maka tanaman disekitarnya akan memanfaatkan unsur hara tersebut untuk pertumbuhannya. Begitulah siklus hara mikro dalam kawasan hutan sehingga walaupun tidak dipupuk hutan tetap lebat karena hasil kerja pohon-pohon ratusan bahkan tahun yang lalu dalam mengumpulkan unsur hara dari pelapukan batuan yang sangat lambat dan hara tersebut terakumulasi sampai sekarang ini.

Mengapa perlu rencana tata ruang ? Setidaknya ada dua hal yang menyebabkan perlunya ada suatu tata ruang baik yaitu pertama, kita ingin memanfaatkan sumber daya lahan secara maksimal untuk kemakmuran rakyat yang kedua adalah kita ingin agar pembangunan ini berkelanjutan yang dapat dinikmakti hasilnya hingga generasi yang akan datang. Pembangunan berkelanjutan (sustainable development) adalah suatu tuntutan yang harus dipenuhi tanpa merusak lingkungan hidup.
Pembangunan yang memanfaatkan lahan perlu ditata sesuai dengan kemampuan lahan tersebut, bukan sesuai keinginan manusia di atasnya. Organisasi Pangan dan Pertanian Dunia (FAO) telah membagi daya dukung lahan kedalam 8 kelas sesuai dengan 10 faktor pembatas yang ada pada lahan tersebut. Dengan 8 kelas kemampuan lahan tersebut dapat dibagi kedalam berbagai pembangunan yang memanfaatkan lahan seperti :
Kelas I    adalah lahan dengan kemiringan 0-2%, kedalaman >90 cm, dan batuan permukaan 0,01<%. Tekstur tanah lempung sampai lempung liat berpasir, dan tanpa banjir, drainase baik. Lahan seperti ini sangat sesuai untuk tanaman semusim, tinggal olah dan tanam. Mungkin diperlukan pembuatan saluran drainase.
Kelas II    adalah lahan dengan kemiringan 2-5%, kedalaman 60-90 cm, dan batuan permukaan 0,01-0,1%. Tekstur tanah lempung sampai liat berpasir, dan jarang ada banjir yang mengganggu pertanaman, drainase baik. Lahan seperti ini sesuai untuk tanaman semusim, mengingat kemiringan lahan, maka tindakan konservasi sangat baik untuk dilaksanakan. Disamping itu drainase untuk menghindari genangan air juga perlu diperhatikan.
Kelas III    adalah lahan dengan kemiringan 5-15%, kedalaman 30-60 cm, dan batuan permukaan 0,1-3%. Tekstur tanah lempung berpasir sampai liat, dan agak sering kebanjiran sehingga mengganggu pertanaman, drainase agak baik.    Lahan seperti ini agak sesuai untuk tanaman semusim, mengingat kemiringan lahan, maka tindakan konservasi sebaiknya dilaksanakan
Kelas IV    adalah lahan dengan kemiringan 15-25%, kedalaman 30-15 cm, dan batuan permukaan 3-15%. Tekstur tanah lempung berpasir sampai liat, dan sering kebanjiran sehingga mengganggu pertanaman. Lahan seperti ini dapat digunakan untuk tanaman semusim, mengingat kemiringan lahan, maka tindakan konservasi wajib dilaksanakan.
Kelas V    adalah lahan dengan kemiringan tidak mengikat, kedalaman 15-30 cm, dan batuan permukaan 15-50%, dengan berbagai tekstur tanah kecuali pasir atau tergenang hampir sepanjang tahun. Lahan seperti ini tidak sesuai untuk tanaman semusim, tetapi lebih sesuai untuk dikembangkan dengan vegetasi permanen untuk makanan ternak.
Kelas VI    adalah lahan dengan kemiringan 25-40%, kedalaman 15-30 cm, dan batuan permukaan 50-70%. Tekstur tanah pasir berlempung. Lahan seperti sesuai untuk vegetasi permanen berupa rumput makanan ternak atau dihutankan. Jika digunakan untuk tanaman semusim wajib tindakan konservasi seperti teras bangku, pengelolaan menurut kontur dan sebagainya.
Kelas VII    adalah lahan dengan kemiringan 40-65%, kedalaman 15-30 cm, dan batuan permukaan 70-90%. Tekstur tanah pasir berlempung. Lahan seperti ini dapat dimanfaatkan untuk peternakan terbatas dengan penanaman vegetasi permanen seperti rumput dan tanaman hutan.
Kelas VIII    adalah lahan dengan kemiringan > 65%,, permukaan sangat berbatu > 90% atau berupa tanah pasir. Lahan seperti ini dapat dimanfaatkan untuk kawasan lindung, hutan lindung atau rekreasi. Sudah tidak cocok untuk pengembalaan ternak.

Pemaparan di atas hanyalah suatu gambaran yang membagi kedalam empat bagian besar yaitu penggunaan untuk pertanaman, pengembalaan, hutan dan cagar alam. Berbagai usaha pertanian untuk klasifikasi pertanaman meliputi pertanaman tanaman pangan, hortikultura, perkebunan, sedang pengembalaan meliputi peternakan sapi, kambing atau lainnya yang pada dasarnya bahwa lahan tersebut sudah sangat dangkal sehingga hanya rumput-rumputan yang dapat tumbuh dengan baik dalam hal ini harus dijamin bahwa lahan tertutup tumbuhan sepanjang tahun. Sedang untuk kawasan hutan dan cagar alam lebih ditujukan pada fungsi lahan tersebut yang terbaik. Pembiaran adalah salah satu upaya yang mendukung. Lokasi seperti ini bagus untuk wisata alam.
Bukan hanya faktor lahan yang menjadi pertimbangan dalam pemuatan peta rencana tata ruang dan tata wilayah. Faktor lahan merupakan faktor dasar yang masih membuka banyak peluang pengembangan komoditas. Faktor lain yang perlu diperhatikan adalah sarana dan prasarana wilayah. Yang paling menonjol dalam hal ini adalah sarana irigasi, jalan dan tempat pemasaran. Sebagai contoh buah apel yang diproduksi di bastem dan latimojong mungkin harganya lebih mahal dari apel yang didatangkan dari malang karena kendala transportasi. Untuk wilayah yang terkendala dengan transportasi perlu dipertimbangkan harga komoditas per kilogram yang lebih tinggi. Sebagai contoh dua orang petani dari latimojong, satu membawa 40 kg madu dan satu membawa 40 kg beras, menjual komoditas tersebut di Pasar Belopa. Madu dijual Rp. 50.000,– /kg sedang beras dijual Rp. 5000 ,– /kg. Petani madu mendapatkan uang sebanyak Rp. 2.000.000,– sedang petani padi mendapatkan Rp. 200.000,– . Bukan hanya itu petani padi harus membeli pupuk NPK dan Insektisida sebanyak Rp. 100.000,-. Disini terlihat jelas bahwa pengembangan komoditas tertentu pada daerah terpencil perlu perhitungan yang matang. Tentu saja pengembangan tanaman pangan pada daerah seperti itu hanya diarahkan pada kebutuhan lokal daerah tersebut untuk menjamin keamanan pangan pada lokasi terpencil. Sedangkan untuk agribisnis perlu dipertimbangkan komoditas lain seperti bidang kehutanan, rekreasi, dan peternakan yang bernilai ekonomi tinggi.
Penetapan suatu lokasi sebagai kawasan pengembangan komoditas tertentu seyogyanya dilakukan secara total dan menyeluruh. Sumber daya manusia pada lokasi tersebut perlu dipersiapkan dan didik agar mampu berusaha. Sebagai contoh penetapan kawasan pengembangan ternak kambing, maka disamping masyarakat tani diberi / dipinjami kambing juga diperlukan bekal pelatihan dan pengawasan dari petugas yang melakukan pemantauan setiap hari selama kurang lebih tiga tahun. Petugas tersebut yang membantu masyarakat petani untuk menganalisa dan memecahkan persoalan yang ada dalam pengembangan tersebut. Ingat sumberdaya petani umumnya rendah dan relatif tidak terampil. Perlu diingat bahwa modal yang diberkan kepada petani merupakan bagian dari kekayaan negara yang harus meningkatkan kesejahteraan masyarakat tersebut dan kalau bisa dapat.

Semangka Kuning di Luwu

Masyarakat sudah lama mengenal semangka merah, ternyata ada juga semangka kuning. Warna kulitnya kuning dan warna dagingnya dari kuning puca...